Saya menuliskan kisah ini karena ter-inspirasi dari
https://elearning.esaunggul.ac.id/pluginfile.php/348007/mod_resource/content/1/ESA141_3_Bunker.pdf yang
mengisahkan Bunker Bean dan kisah Bunker Bean ini lebih memperhatikan “Berpikir
Perubahan ” sehingga banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.
Namun, saya tertarik untuk membagikan sebuah kisah
yang hampir sama mengenai Loser & Winner. Baiklah langsung saja ke
ceritanya :
Pada tahun 1958
ada seorang ayah di Harlem, New York, bernama Robert Lane, menamai anaknya yang
baru lahir dengan nama Winner Lane. Robert Lane yang sudah memiliki beberapa
anak laki-laki dan perempuan, memang selalui menamai anaknya dengan nama yang
khas, kali ini dia menamai anaknya dengan nama Winner, mungkin dia punya
perasaan khusus akan masa depan anaknya ini.
Tiga tahun
kemudian, lahir kembali seorang anak ke tujuh dan terakhir, laki-laki dari
keluarga Lane. Dan diberi nama Loser Lane. kisah pemberian ini cukup unik,
Robert Lane yang hari ini sudah almarhum bertanya kepada putri tertuanya, “nama
apa yang cocok untukn ya?” putrinya menjawab “kita sudah punya Winner, mengapa
tidak Loser? dan resmilah nama itu.
Keduanya kemudian
dibesarkan bersamaan di lingkungan Bronx. Namun nasib keduanya berbeda, Loser
(yang di panggil Lou oleh gurunya dan orang tua lain, karena tidak sanggup
untuk mengucapkan itu) punya bakat atletis, dan memiliki banyak prestasi.
Mendapatkan Beasiswa, kuliah di Lafayette College, lalu menjadi polisi, dan
kini menjadi seorang detektif.
Bagaimana dengan
Winner Lane? ia telah ditahan lebih dari 30 kali, dan terakhir bebas dari
hukuman dua tahun penjara, hidup gelandangan di New York.
Dari mereka kita bisa belajar, kita bisa melepaskan segala stigma, masa lalu, background, tuduhan, dan lainnya, yang kita perlu lakukan untuk menciptakan masa depan kita adalah untuk menetapkan pilihan bijak setiap saat. Dan segala yang terjadi dapat berubah sesuai dengan pikiran kita masing-masing,karena pikiran lah yang menjalankan seperti apa diri kita.
Menurut Anda, apakah mereka yang disebut pemenang dalam bisnis adalah orang-orang yang memiliki bakat atau keterampilan lebih banyak dari yang lainnya? Atau mereka disebut pemenang yang mendapatkan keberuntungan dari yang lainnya?
Bisa dikatakan bahwa kebanyakan orang beranggapan demikian.
Menanggapi tentang pola pikir pemenang dan pecundang, Profesor Carol Dweck dari Stanford University memiliki bukti sebaliknya.
Setelah lebih dari satu dekade penelitian yang telah ia lakukan bersama timnya, mereka telah menunjukkan bahwa sesungguhnya dalam jangka panjang, keberhasilan yang berlangsung secara konsisten tidak bergantung pada IQ atau keberuntungan.
Keberhasilan seseorang bergantung pada jenis pola pikir dalam diri mereka.
Jika Anda berusaha untuk memiliki dan mengembangkan pola pikir ini, peluang Anda untuk mencapai keberhasilan yang luar biasa tidak dapat dibendung lagi, terlepas dari bidang usaha yang Anda lakukan.
Profesor Carol Dweck menyebut pola pikir ini sebagai pola pikir ‘Growth Mindset‘ atau Pola Pikir Pertumbuhan.
Dengan menanamkan Growth Mindset dalam dirinya, seseorang akan memiliki keyakinan teguh bahwa bakat mereka tidak tetap (bisa bertambah atau berkembang).
Oleh karena itu mereka yakin bahwa mereka harus melakukan yang terbaik yang mereka bisa lakukan.
Pada dasarnya,
mereka memiliki keyakinan yang mendalam bahwa potensi mereka hampir tidak
terbatas, selama mereka melakukan dua hal sebagai berikut:
- Secara
konsisten fokus untuk menjadi lebih baik di area tertentu.
- Berusaha
keras untuk mewujudkan yang mereka inginkan.
Melakukan upaya (kerja keras), fokus, dan memiliki keyakinan teguh untuk berhasil adalah inti dari pola pikir seseorang yang memiliki Growth Mindset.
Pada awalnya, mereka yang memiliki pikir pemenang mungkin melakukan sesuatu dengan kurang baik, tapi dengan aksi yang konsisten, cepat atau lambat, mereka akan menjadi lebih baik dan lebih baik dari sebelumnya.
Seseorang yang
berorientasi pada pada Growth Mindset akan menghasilkan
keunggulan melalui perbaikan yang yang dilakukan secara terus menerus.
Melalui penelitian
pola pikir pemenang tersebut, Profesor Carol Dweck menunjukkan bahwa bahkan
orang-orang dengan IQ di bawah rata-rata sering berhasil pada tingkat yang
lebih tinggi daripada orang-orang yang lebih cerdas yang tidak mendedikasikan
diri mereka untuk perbaikan hidup untuk jangka panjang.
Tentu fakta tersebut sangat mengejutkan bukan?
Jadi, ini bukan soal IQ atau kecerdasan yang tinggi, tetapi soal pola pikir yang Anda gunakan setiap hari!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar