Rabu, 15 April 2020

The Business Model Canvas

Business model sebenarnya adalah frame dari sebuah rencana bisnis dengan memikirkan bagaimana perusahaan akan mendapatkan keuntungan atau pendapatan dengan memperhitungkan semua komponen bisnis. Pengertian sederhananya adalah bagaimana perusahaan akan menghasilkan uang. Itulah yang harus dipikirkan! How to make money!
Seseorang yang bernama Alexander Osterwalder menciptakan sebuah canvas pada tahun 2008, dirancang untuk business model yang dikenal dengan Lean Canvas. Dengan menggunakan Lean Canvas ini maka aktivitas utama dalam bisnis terlihat jelas dan dapat di-explore lebih jauh untuk menentukan business model yang baik. Lean Canvas ini tampak ramping dengan 9 blok yang sederhana namun mengandung 9 key activities dalam sebuah model bisnis. Canvas ini adalah sebuah strategic management yang baik untuk digunakan dalam start up business ataupun mengembangkan existing business. Para entrepreneur maupun intrapreneur dengan mudah menggunakan Lean Canvas ini untuk model bisnis mereka.
9 Key Activities
Apa sajakah 9 key activities tersebut? Sesuai dengan namanya Key Activities maka ini adalah aktivitas yang penting untuk menjalankan sebuah bisnis. Tanpa 9 aktivitas ini maka bisnis tidak sempurna. Semua bagian dari 9 aktivitas ini sama-sama penting dan harus dipikirkan baik-baik. Berikut ini adalah 9 aktivitas kunci sebuah model bisnis.
1. Customer Segments: Siapakah pelanggan kita? Apa yang mereka pikirkan, rasakan, lihat dan lakukan terhadap produk kita?
2. Value Propositions: Apa yang menarik tentang proposisi nilai? Mengapa pelanggan membeli dan menggunakan produk kita?
3. Channels: Bagaimana value ini dipromosikan, dijual, dan disampaikan. Apakah channels yang kita pakai selama ini bekerja dengan baik untuk menghasilkan uang ?
4. Customer Relationships: Bagaimana Anda berinteraksi dengan pelanggan melalui pengalaman mereka terhadap produk Anda selama ini ?
5. Revenue Streams: Bagaimana bisnis memperoleh penghasilan dari proposisi nilai ?
6. Key Activities: Apakah strategi unik yang harus dimiliki perusahaan untuk dapat bersaing? Apa saja kegiatan yang harus dilakukan perusahaan?
7. Key Resources: Apa aset unik yang strategis yang harus dimiliki perusahaan agar dapat bersaing?
8. Key Partnerships: Siapa saja partner bisnis yang perlu digandeng agar bisnis berjalan baik? Partnership mana yang tidak diperlukan agar perusahaan dapat fokus pada partnership yang utama.
9. Cost Structure: Apakah cost bisnis yang paling utama? Bagaimana cost terkait dengan pendapatan?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai konsep ini, kita perlu memahami apa yang dimaksud Business Model. Menurut Alexander Osterwalder, Business Model adalah gambaran dasar bagaimana sebuah organisasi membuat, men-deliver dan menangkap value yang ada. Business Model bersifat seperti blueprint untuk strategi yang akan diimplementasikan ke seluruh organisasi, proses dan sistem. Semua pelaku bisnis harus memiliki pemahaman yang sama terhadap Business Model sehingga diperlukan sebuah konsep yang dapat memberikan satu gambaran standar. Konsep ini harus simple, relevan dan mudah dipahami secara intuitif. Konsep inilah yang diberi nama 9 Building Blocks. Konsep ini sendiri telah diaplikasikan dan diuji coba di seluruh dunia dan telah digunakan di beberapa organisasi, seperti IBM, Ericsson, Deloitte, the Public Works and Government Services of Canada dan banyak lagi.
9 Building Blocks
9 Building Block adalah konsep yang dapat mendeskripsikan dan menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan pendapatan (make money). 9 Building Block mencakup empat area utama dalam bisnis, yaitu Customers, Offer, Infrastructure dan Financial Viability. Konsep ini dapat menjadi satu bahasa bersama yang memudahkan kita untuk mendeskripsikan dan memanipulasi Business Model untuk membuat strategi baru.
9 Elemen dalam 9 Building Blocks adalah:
Customer Segments (CS)
Value Propositions (VP)
Channels (CH)
Customer Relationship (CR)
Revenue Streams (RS)
Key Resources (KR)
Key Activities (KA)
Key Partnership (KP)
Cost Structure (CS)

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai 9 Building Blocks.
BMG-canvas
1. Customer Segments (CS)
Customer Segments menunjukkan sekelompok orang atau organisasi berbeda, yang ingin digapai atau dilayani perusahaan. Customer adalah inti dari semua Business Model. Tanpa (profitable) customer, perusahaan tidak akan mampu bertahan lama. Untuk lebih memuaskan customer, perusahaan perlu mengelompokkan mereka ke dalam segmen yang berbeda berdasarkan kebutuhan, behaviour atau atribut yang lain. Perusahaan harus mendefinisikan dengan jelas, mana segmen customer yang perlu dilayani, mana yang perlu dihindari.

Kelompok Customer merepresentasikan segmen yang berbeda jika:
  • Mereka membutuhkan penawaran yang berbeda.
  • Mereka dapat digapai melalui Distribution Channel yang berbeda.
  • Mereka memerlukan jenis relationship yang berbeda.
  • Mereka memiliki profitabilitas yang berbeda.
  • Mereka mau membayar aspek yang berbeda dari sebuah penawaran.
Beberapa contoh segmen customer yang berbeda adalah mass market, niche market, segmented, diversified, multi-sided platforms.
2. Value Propositions (VP)
Value Proposition mendeskripsikan sejumlah produk atau layanan yang memberikan nilai (value) untuk segmen customer yang spesifik. Value Proposition adalah alasan mengapa customer berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Value Proposition memecahkan permasalahan customer atau memenuhi kebutuhannya. Value Proposition dapat bersifat inovatif serta merepresentasikan penawaran yang baru dan disruptive, atau bersifat sama atau sejenis dengan yang sudah ada namun dengan beberapa tambahan fitur atau atribut.
Value yang diberikan perusahaan contohnya adalah newness, performance, customization, “getting the job done”, design, brand/status, price, cost reduction, risk reduction, accessibility, convenience/usability.
3. Channels (CH)
Channels mendeskripsikan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan menggapai segmen customer mereka untuk men-deliver Value Proposition. Komunikasi, distribusi dan penjualan merupakan interface antara perusahaan dan pelanggan. Channels adalah customer touch point yang memainkan peran penting dalam customer experience.
Channels memiliki beberapa fungsi, yaitu:
  • Meningkatkan awareness dari customer terhadap produk atau jasa perusahaan.
  • Membantu customer untuk mengevaluasi Value Proposition dari perusahaan.
  • Memudahkan customer untuk membeli produk atau jasa.
  • Men-deliver Value Proposition kepada customer.
  • Menyediakan dukungan pelanggan (after-sales).
Channels dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Direct (tenaga penjual/sales, website, toko pribadi) dan Indirect (partner stores, wholesaler).
Channels dapat dibedakan menjadi 5 fase, yaitu Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery, After Sales.
4. Customer Relationship (CR)
Customer Relationship mendeskripsikan jenis relasi yang dibangun perusahaan dengan pelanggan. Perusahaan harus menentukan jenis relasi dengan pelanggan, apakah personal atau automated. Relasi yang dipilih akan sangat menentukan bagaimana customer experience yang akan dihasilkan.
Contoh dari Customer Relationship adalah personal assistance, dedicated personal assistance, self-service, automated service, communities, co-creation.
5. Revenue Streams
Revenue Streams merepresentasikan cash yang di-generate dari tiap Customer Segment (biaya harus dikurangi dari pendapatan/revenue untuk mendapatkan nilai keuntungan). Perusahaan harus mengetahui value apa yang membuat Customer Segment mau membayar. Tiap-tiap Revenue Stream dapat memiliki mekanisme pricing yang berbeda, seperti fixed list, tawar-menawar, lelang, market-dependent, volume-dependent dan yield management.
Sebuah Business Model dapat memiliki dua jenis Revenue Stream yang berbeda, yaitu:
  • Revenue transaksi yang dihasilkan dari one-time customer payments
  • Revenue berulang yang dihasilkan dari pembayaran terus-menerus untuk sebuah Value Proposition atau after sales customer support.
  • Beberapa cara untuk menghasilkan Revenue Stream adalah Asset sale, Usage fee, Subscription fee, Lending/Renting/Leasing, Licensing, Brokerage fees, Advertising
6. Key Resources
Key Resources mendeskripsikan aset atau sumber daya yang sangat penting (aset kunci) yang diperlukan untuk membuat sebuah Business Model berjalan. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan untuk membuat dan menawarkan Value Proposition, menggapai pasar, me-maintain hubungan dengan Customer Segments dan mendapatkan revenue. Tiap-tiap Business Model akan memerlukan Key Resources yang berbeda. Key Resources dapat berbentuk fisikal, finansial, intelektual atau manusia. Key Resources dapat dimiliki atau disewa oleh perusahaan atau didapatkan dari partner.
Contoh dari Key Resources adalah mesin, bangunan, brand, paten, hak cipta, human resource, uang dan lain-lain.
7. Key Activities
Key Activities mendeskripsikan  hal-hal penting (aktivitas) yang harus dilakukan perusahaan agar  Business Model-nya berjalan. Key Activities dapat dikategorikan menjadi Production, Problem Solving dan Platform/Network.
Contoh dari Key Activities adalah perusahaan konsultan memiliki problem solving sebagai Key Activities-nya. Untuk manufaktur, supply chain management adalah salah satu Key Activities-nya.
8. Key Partnerships
Key Partnership mendeskripsikan jaringan supplier atau partner yang membuat sebuah Business Model berjalan. Perusahaan membentuk relasi dengan partner untuk banyak alasan sehingga partnership menjadi hal yang sangat penting bagi banyak Business Model. Perusahaan membentuk aliansi untuk mengoptimalkan Business Model-nya, mengurangi resiko atau mendapatkan sumber daya tertentu.
Partnerships dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
  • Strategic Alliances antara dua perusahaan yang bukan kompetitor.
  • Cooperation, yaitu strategic partnership antara kompetitor.
  • Joint Ventures untuk membangun bisnis baru.
  • Buyer-Supplier relationship untuk menjamin supply yang handal.
Alasan dan motivasi untuk membangun partnership dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
  • Optimization and economy of scale.
  • Reduction of risk and uncertainty.
  • Acquisition of particular resources and activities.
9. Cost Structure
Cost Structure mendeskripsikan semua biaya yang muncul untuk menjalankan sebuah Business Model. Biaya akan muncul ketika perusahaan membuat dan men-deliver value, me-maintain Customer Relationship dan lain-lain. Biaya-biaya tersebut akan mudah diidentifikasi setelah mendefinisikan Key Resources, Key Activities dan Key Partnership.
Secara garis besar, perusahaan dapat memilih apakah ingin menjadi cost-driven (mengutamakan penekanan biaya) atau value-driven (mengutamakan keunggulan produk). Cost Structure dapat memiliki beberapa karakteristik, seperti fixed cost, variable cost, economies of scale, economies of scope.
Kamu sudah pernah mendengar tentang rencana bisnis yang satu ini belum? Business Model Canvas adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual chart yang terdiri dari 9 elemen untuk membantu perencanaan bisnis sebelum dibentuk.
Pada dasarnya BMC (Business Model Canvas) adalah kerangka kerja yang bertujuan mempermudah mempresentasikan business model. BMC terdiri dari 3 unsur utama yaitu Product yang ada disebelah kiri, Value, dan Market yang ada disebelah kanan.
Model bisnis ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation. Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam sebuah model bisnis.
Tapi, kalau dilihat sepintas, sebenarnya alur model dari business model canvas ini sangat sederhana dan mudah kamu buat lho. Karena, secara garis besar, alurnya mengalir dari satu elemen bisnis menuju elemen penting berikutnya.
Nah, kenapa business model canvas ini sangat penting sebelum memulai bisnis? Karena dengan kesembilan elemennya, sebenarnya kita sudah bisa memvalidasi apakah satu ide bisnis itu potensial atau tidak. Karena itu, membuat bisnis model canvas adalah hal paling awal yang biasanya dibutuhkan seorang pengusaha pemula atau pengusaha yang mau membuat suatu usaha baru.

Kamis, 09 April 2020

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH BERBASIS KLASTER DI KOTA MALANG

Saya ingin katakan bahwa membuat kalimat pembuka blog yang menarik tidaklah mudah. Butuh latihan dan kerja keras. Tapi begitu kamu faham rumusnya, dengan mudah kamu bisa copy paste (copas) rumus itu.
Formula membuat pembukaan blogpost ini sudah membantu saya meningkatkan pengunjung di website saya, dan meningkatkan waktu membaca audiens di blog saya. Tentu ini pada akhirnya akan membantu meningkatkan ranking di Google.
Tantangan eksternal yang dihadapi dalam pengembangan industri adalah semakin menguatnya
keterbukaan ekonomi internasional atau globalisasi. Era globalisasi mengakibatkan seluruh industri
daerah berhadapan secara langsung, baik di pasar domestik maupun internasional, dengan tingkat
persaingan yang semakin tajam. Kondisi ini menuntut setiap daerah meningkatkan daya saingnya.
Daya saing negara harus ditumpukan pada daya saing daerah sehingga daerah-daerah di Indonesia perlu mengembangkan keunggulan kompetitifnya melalui pemilihan dan pengembangan produk unggulan daerah. Pemilihan produk unggulan dari suatu wilayah akan berimplikasi wilayah tersebut berkonsentrasi pada produk tersebut sehingga wilayah tersebut menjadi terspesialisasi, pembinaan lebih fokus, efisien,dan efektif sesuai dengan potensi daerah untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan oleh suatu daerah, yang berarti meningkatkan nilai tambah ekonomi daerah.
Permasalahannya perencanaan pengembangan industri daerah berbasis pada produk unggulan
belum dilakukan oleh setiap daerah di Indonesia, meskipun telah diamanatkan dalam Perpres Nomor 28 Tahun 2008. 

Demikian juga dengan perencanaan pembangunan industri di Kota Malang. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang selaku instansi yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan industri di daerah, hingga saat ini belum ada kajian
pengembangan produk unggulan daerah Kota Malang Demikian juga pada dokumen perencanaan SKPD (Renstra) Disperindag maupun RPJMD Kota Malang belum mencantumkan fokus pengembangan industri berbasis pada produk unggulan daerah atau kompetensi inti industri daerah. Kondisi ini menjadikan dasar bagi pelaksanaan penelitian ini, yaitu untuk melakukan identifikasi produk unggulan daerah Kota Malang sebagai tahap awal dari pengembangan industri berbasis kompetensi inti industri daerah untuk Kota Malang.

Sebagian besar usaha kecil dan rumah tangga dari sub sektor manufaktur yang sama membentuk
jaringan dan mengelompok secara spasial dan disebut sebagai klaster atau industrial district. Menurut
Marshall (1919) dalam Kuncoro (2007) mendefinisikan industrial district sebagai suatu klaster produksi yang terspesialisasi secara geografis dan mewakili daerah industri tradisional yang umumnya ditemukan di daerah pedesaan atau company towns.

Demikian juga yang terjadi di Kota Malang dimana sebagian IKM non formal tergabung dalam
kluster atau sentra industri. Sentra industri kecil di Kota Malang yaitu sentra rotan Balearjosari, sentra tempe dan keripik tempe Sanan, sentra emping jagung Pandanwangi, sentra mebel Tunjung Sekar, sentra keramik Dinoyo, sentra gerabah Penanggungan dan sentra sanitair Karangbesuki. Banyaknya jenis klaster industri yang berkembang di Kota Malang menunjukkan bahwa Kota Malang memiliki potensi klaster industri kecil yang cukup besar. Keberadaan klaster memberi manfaat yang besar dalam pengembangan ekonomi daerah, seperti diungkapkan dari hasil penelitian Bappenas (2004) bahwa pendekatan klaster secara signifikan mampu meningkatkan ekonomi daerah dengan cara yang lebih efektif dan efisien serta mempercepat pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan. Memperhatikan besarnya potensi klaster IKM di Kota Malang dan manfaat klaster dalam pengembangan ekonomi daerah, maka identifikasi produk unggulan Kota Malang difokuskan pada produk-produk yang dihasilkan oleh klaster- klaster IKM di Kota Malang.

Model pengembangan klaster industri mengadopsi konsep berlian (diamond) yang diajukan oleh
Michael Porter (1990,1998). Model ini memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi di dalam klaster maupun tentang persaingan yang terjadi di dalamnya. Menurut Porter, faktor-faktor yang memicu inovasi dan pertumbuhan klaster adalah : 
(1) Kondisi Faktor : faktor-faktor produksi yang sudah ada/dimiliki suatu klaster industri, seperti sumber daya manusia (tingkat kualifikasi, biaya tenaga kerja, komitmen dll), sumber daya material (sumber daya alam, vegetasi, dll), sumber daya pengetahuan, sumber daya modal, dan infrastruktur yang relevan untuk persaingan di industri tertentu; 
(2) Permintaan sektor domestik atau pelanggan-pelanggan lokal. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin kuat pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globaisasi, kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tapi juga luar negeri; 
(3) Industri pendukung dan terkait, akan meningkatkan efisiensi dan sinergi dalam klaster. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama dalam transaction cost, saling berbagi teknologi, informasi maupun kemampuan tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya; 
(4) Strategi, struktur, dan persaingan, tingkat persaingan antar industri lokal yang lebih memberikan motivasi dibanding persaingan dengan pihak luar negeri, dan “budaya” lokal yang mempengaruhi perilaku masing-masing industri dalam melakukan persaingan dan inovasi.

Selain empat faktor tersebut, Porter juga menambahkan perlunya peran pemerintah serta keterbukaan peluang. Peran pemerintah sangat penting, karena pemerintah dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh empat faktor di atas, baik secara positif maupun negatif. Peran pemerintah yang terpenting adalah menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui penyusunan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan usaha yang terkait dengan pengembangan Klaster (Porter, 1990)

Identifikasi produk unggulan daerah menurut beberapa penelitian terdahulu dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti location quotient (Nusantoro, 2011; Alian dan Ciptomulyo,2013) dan Analythical Hierarchy Process (Subagyo dan Wahyudi, 2008; Depperin, 2009, Pono, 2010; Nurcahyo, 2011; Bank Indonesia, 2013; Rahab et al., 2013). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa metode AHP lebih banyak digunakan untuk mengidentifikasi produk unggulan daerah, sehingga dipilih sebagai metode identifikasi produk unggulan dalam perencanaan pengembangan produk unggulan daerah berbasis klaster di Kota malang.

Tahap kedua dalam perencanaan pengembangan ekonomi lokal menurut Blakely and Bradshaw
(2002) adalah memilih strategi pengembangan ekonomi lokal meliputi: menetapkan tujuan dan kriteria, mempelajari berbagai alternatif tindakan, mengembangkan strategi yang ditargetkan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta alokasi sumber daya (Chandler, 1962 dalam Rangkuti, 2005). Titik awal penting untuk merancang strategi pengembangan adalah identifikasi peluang, tantangan dan kondisi internal sumberdaya yang dimiliki. Selain itu juga diperlukan perumusan tujuan perencanaan pengembangan ekonomi secara jelas. Perencanaan pengembangan suatu wilayah atau kawasan harus didekati berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal dan sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
 (1) mengidentifikasi dan
menentukan kriteria-kiteria untuk menentukan produk unggulan daerah berbasis klaster IKM di Kota
Malang; 
(2) menentukan produk unggulan daerah berbasis klaster; 
(3) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan pengembangan klaster/sentra produk unggulan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal berupa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) maupun ancaman (threat); 
(4) menyusun strategi prioritas perencanaan pengembangan klaster/sentra produk unggulan berdasarkan potensi, kemampuan dan kendala yang ada.

Terimakasih sudah membaca artikel saya yang bertemakan; STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK.

Edith Project - ESA141 Motivasi Usaha EU004 6494

    EDITH PROJECT Saya akan membahas mengenai Edith Project. Ia merupakan salah satu orang jenius di dunia yang dikenal luas karena Edith Pr...