Analisa kelayakan bisnis adalah proses yang menentukan apakah ide bisnis entrepreneur dapat menjadi bisnis yang sukses. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah suatu ide bisnis layak direalisasikan. Analisa kelayakan bisnis dapat dikaji dari empat aspek utama, yaitu produk dan jasa, industry dan pasar, organisasi dan keuangan. Sementara rencana bisnis merupakan alat perencanaan yang mengubah ide bisnis menjadi kenyataan. Rencana bisnis disusun berdasarkan studi kelayakan, tetapi memberikan gambaran yang lebih komprehensif dari pada studi kelayakan.
Kriteria Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau ditolaknya rencana investasi. Kriteria – kriteria tersebut kriteria investasi (invesment criteria). Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu:
- Payback Period
- Benefit / Cash Ration
- Net Present Value
- Internal Rat of Return
Payback Period
Paybck period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati hati menafsirkan kriteria payback period ini. sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (>5 tahun). Misalnya investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar 8-10 tahun.
Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik dibanding dengan investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahun. Namun dilihat dari sisi sisi lain, investasi perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya. Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Net Prensent Value (NPV)
Dua kriteria utama pertama dapat dihitung berdasarkan nominal (non disconuted method). Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu uang . Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C >1, padahal nilai nilai sekarang di diskonto (discounted method) seperti dijelaskan sebelumnya. Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak investasi yang digunakan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
Contoh
Kepada PT.Tiara Sakti ditawarkan sebuah proposal investasi berupa proyek pembangunan pabrik pengolahan limbah tapioka di daerah Lampung. Usia proyek direncanakan tujuh tahun. Investasi awal yang dibutuhkan Rp1 miliar (300 juta). Persiapan pembangunan pabrik satu tahun. Selama proses persiapan tidak dikeluarkan biaya operasional. Pabrik mulai berproduksi pada tahun pertama dan langsung berproduksi dengan kapasitas penuh. Biaya biaya maupun penerimaan hasil penjualan selama tujuh tahun mendatang dianggap tetap. Biaya operasional per tahun Rp200 juta. Penerimaan per tahun Rp400 juta. Pada saat proyek ditutup tujuh tahun kemudian, nilai sisa dari barang barang modal (investasi awal) adalah sama dengan nol. Jika dana untuk proyek berasal dari pinjaman dengan bunga 15% per tahun, hitunglah apakah proposal investasi tersebut dapat diterima
Sekarang kita hitung apakah proposal investasi diterima atau tidak?
Biaya biaya yang dikeluarkan, termasuk investasi awal, dinotasikan sebagai C. Penerimaan dinotasikan sebagai B dan tingkat diskonto yang digunakan adalah 15%. Dengan informasi – informasi di atas, kita dapat menyusun tabel arus keluar masuk (cashflow) seperti dibawah ini:
Tahun | Kas Keluar
(C)
| Kas Masuk
(B)
| Arus Kas Bersih
(B) – (C)
| Akumulasi Arus Kas Bersih |
0 | 1.000 | 0 | -1000 | -1000 |
1 | 200 | 400 | 200 | -800 |
2 | 200 | 400 | 200 | -600 |
3 | 200 | 400 | 200 | -400 |
4 | 200 | 400 | 200 | -200 |
5 | 200 | 400 | 200 | 0 |
6 | 200 | 400 | 200 | 200 |
7 | 200 | 400 | 200 | 400 |
Total | 2.400 | 2.800 | 400 |
Metode Nondiskonto (Non Discounted Method)
Dengan metode nondiskonto, kita hanya memperhitungkan nilai nominal kas keluar masuk.
Dari angka angka dalam tabel, kita dapat menghitung payback period dan B/C ratio
Payback period
Payback period dilihat dari angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai tiik nol. Pada saat itu proyek mencapai titik impas. Dari tabel terlihat kondisi itu tercapai di tahun kelima. Periode titik impas adalah lima tahun.
B/C Ratio
Nilai B/C = 2.800/2.400 = 1,17. Karena B/C > 1, proposal investasi dapat diterima! Benarkah demikian? Mari kita bandingkan dengan hasil evaluasi yang memperhitungkan nilai waktu uang .
Metode Diskonto (Discounted Method)
Jika menggunakan metode diskonto, maka nilai nilai B, C otomatis B – C di diskontokan sebesar 15% per tahun. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tahun
| Kas Keluar
(C)
| Kas Masuk
(B)
| Arus Kas Bersih
(B) – (C)
|
Akumulasi Arus Kas Bersih
|
0 |
1,00
| 1000 | 0 |
-1000
|
1 |
0,87
| 174 | 348 |
-826
|
2 |
0,76
| 152 | 304 |
-674
|
3 |
0,66
| 132 | 264 |
-542
|
4 |
0.57
| 114 | 228 |
-428
|
5 |
0,50
| 100 | 200 |
-328
|
6 |
0,43
| 86 | 172 |
-242
|
7 |
0,38
| 76 | 152 |
-166
|
Total | 1.834 | 1.668 |
Sebelum melakukan penghitungan lebih lanjut, harus dipastikan bahwa anda dapat membaca tabel diatas. Yang pertama kali harus dipahami adalah nilai nilai dari kolom faktor diskonto. Angka angka itu menunjukkan nilai sekarang dari setiap rupiah yang diterima atau dikeluarkan. Misalnya, angka 0,87 di tahun pertama bermakna bahwa nilai sekarang dari setiap rupiah pengeluaran atau penerimaan setahun mendatang adalah Rp0,87. Angka ini diperoleh dengan membagi nilai satu rupiah dengan (1+r) atau sama dengan 1/1,15. Angka 0,50 di tahun kelima diperoleh dengan cara membagi nilai satu rupiah dengan (1+0,15)5 atau sama dengan 1/2,01
Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keluar diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal kas keluar dengan faktor diskontonya. Misalnya, nilai sekarang dari investasi awal yangg sebesar 1000 adalah sama dengan 1000, sebab faktor diskontonya sama dengan 1 [1/(1,15)0 = 1]. Sementara itu nilai sekarang dari pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100 dengan cara yang sama, kita dapat menghitung angka angka yang tertera dalam kolom arus kas masuk.
Setelah dapat membaca tabel diatas, mari kita evaluasi proposal investasi yang diajukan.
- Payback period:
Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun ketujuh proyek belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus kas bersih yang masih -166. Hasil ini jauh berbeda dengan menggunakan metode nondiskonto yang menyatakan periode titik impas adalah 5 tahun.
- B/C Ratio
Ration B/C = 1.668/1.834 = 0,91. Dengan memperhitungkan nilai waktu uang , diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal proyek ditolak, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan metode diskonto
- Net Present Value
Angka NPV = 1.668 – 1.834 = -166. Karena angkanya lebih kecil daripada nol, proposal investasi ditolak, sebab nilai sekarang dari pengeluaran modal total lebih besar daripada nilai sekarang penerimaan total
- Internal Rate of Return
Dengan menggunakan cara manual, diperoleh angka IRR dari proyek adalah sekitar 8%. Angka ini jauh lebih rendah daripada tingkat bunga yang sebesar 15%. Proposal investasi ditolak.
Dari kasus tersebut diatas dijelaskan bahwa dengan memperhitungkan nilai waktu uang, dasar pengambilan keputusan investasi menjadi lebih luas dan akurat.